Topik Populer :
Home » » Kisah Penggalian Zamzam yang Kedua Kali

Kisah Penggalian Zamzam yang Kedua Kali

Jumat, 05 Juli 2013 | 0 komentar

Ketika orang-orang Jurhum dikalahkan oleh orang-orang Khuza’ah, mereka sengaja meratakan zamzam dengan tanah bersama beberapa benda berharga di dalamnya. Semenjak itulah sumur zamzam tidak diketahui letaknya sampai zaman Abdul Mutthalib. Diceritakan oleh Au bin Abi Thalib: Ketika Abdul Muttholib tidur di kawasan Hijir, dia bermimpi didatangi oieh seseorang yang untuk menggali zamzam. Kejadian itu terulang sampai 4 kali secara berturut-turut. Pada hari keempat disamping diperintah menggali, dia juga ditunjukkan tempatnya yaitu di kawasan yang terdapat tulang-tulang hewan dan darahnya yang berserakan, serta terdapat rumah-rumah semut dan ada burung gagak yang mematuk-matuk tanah.

Setelah jelas tempatnya mulailah dia menggalinya dengan cangkul dibantu oleh anak laki-lakinya yang bernama al-Harits bin Abdul Mutthalib (waktu itu anaknya baru satu). Ketika penggalian sampai di tanah yang berlumpur, orang-orang Quraisy meyakini bahwa Abdul Mutthalib akan mendapatkan apa yang dicaninya. Kemudian mereka berkata, ‘Wahal Abdul Mutthalib, sumur ini adalah milik nenek moyang kita (Ismail), kita semua mempunyai hak mewarisi sumur ini, maka sumur mi harus menjadi milik kita bersama!” Abdul Mutthalib menolak keinginan mereka, akan tetapi mereka pun bersikeras ingin ikut memiliki zamzam. Akhirnya mereka menempuh jalan tahkim (menyerahkan keputusan) kepada seorang dukun perempuan yang bertempat tinggal di kalangan Bani Saed bin Hudzaim di kawasan Syam. Berangkatlah Abdul Mutthalib bersama golongan Bani Umayyah dan perwakilan-perwakilan dan suku Quraisy menuju Syarn. Di tengah perjalanan, mereka kehabisan air di kawasan tandus yang tidak ada air sarna sekali. Karena mereka sangat haus, dan sudah yakin kematian segera datang, maka masing-masing mereka membuat lubang untuk kuburannya. Dalam keadaan mereka duduk menunggu kematian, Abdul Mutthalib berkata, “Akankah kita menyerah begitu saja menunggu kematian? Tidakkah kita berusaha pergi dan tempat ini? Barangkali kita mendapat rezeki air di tempat lain!” Ketika mereka mulai berangkat dan Abdul Mutthalib menaiki untanya lalu membangunkannya untuk berangkat, tiba-tiba air memancar dan bawah kaki untanya. Abdul Mutthalib membaca takbir (mengakui keagungan Allah) diikuti oleh teman-temannya, kemudian mereka turun dan kendaraan minum air sepuasnya, dan membeni minum kendaraan-kendaraannya serta memenuhi wadah-wadah air minum yang mereka bawa.

Dengan kejadian ini, mereka berkata, “Demi Allah, Allah telah memutuskan hukum diantara kita. Demi Allah, kami tidak akan menuntut hak kepadamu dalam urusan air zamzam, karena Dzat yang membeni air minum padamu di tanah lapang yang tandus inii adalah Dzat yang telah memberimu minum air zanzam. Kembalilah kepada hakmu mengatur air zarnzam dengan benar!” Akhirnya mereka kembali ke Makkah dan tidak jadi melanjutkan perjalanan untuk minta keputusan hukum dan Kaahinah (dukun perempuan) di Syam.
Share this article :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar