Pages

Jumat, 05 Juli 2013

Kisah Abrahah dan Bala Tentara Gajah

Abrahah bin ash-Shabah adalah wakil raja Najasyi untuk wilayah Yaman. Dia membangun sebuah gereja yang diberi nama Al-Qullais yang bermakna bangunan tinggi, karena bangunan gereja itu memang tinggi, megah dan indah. Dia membangun gereja tersebut dengan tujuan agar orang-orang ketika musim haji tidak lagi berbondong-bondong menuju Makkah/Baitullah akan tetapi berbondong-bondong menuju gereja tersebut. Mendengar rencana buruk ini, seorang laki-laki dari Kinanah, datang memasuki gereja itu di waktu malam lalu dia buang hajat dan mengoles-ngoleskannya di dinding gereja.

Melihat perbuatan ini, Abrahah merasa dihina, dia marah dan bersumpah akan rnenghancurkan Ka’bah/Baitullah. Kemudian dia menyiapkan bala tentara dan berangkat menuju Makkah dengan membawa seekor gajah yang diberi nama Mahmud berikut pawangnya yang bernama Unisa Gajah itu milik raja Najasyi yang sengaja dibawa untuk merobohkan Ka’bah bersama gajah-gajah yang lain yang semuanya berjumlah 13 ekor. Dalam perjalanan menuju Makkah, Abrahah dan bala tentaranya dihadang oleh Dzu Nafar seorang pembesar atau golongan raja asli Yaman bersama baha tentaranya dan relawan dan orang-orang Arab. Mereka merasa berkewajiban menghalangi dan memerangi Abrahah bersama bala tentaranya karena tujuan jelek mereka yang hendak merobohkan Baitullah. Namun Abrahah dan bala tentaranya berhasil memukul mundur bala tentara Dzu Nafar. Dzu Nafar ditangkap dan diikat untuk dibunuh. Ketika Abrahah hendak membunuhnya, dia berkata, “Janganhah kamu membunuhku, barangkali hidupku bersamamu lebih baik daripada aku dibunuh.” Abrahah menerima permintaannya dan tidak jadi membunuhnya.

Begitu pula ketika sampal di kawasan Khats’am, mereka dihadang oleh Nufail bin Habib aI-Khats’amiy dibantu oleh orang-orang Syahran dan Nahisy dua kabilah dari Yaman serta para relawan dan orang-orang Arab. Pasukan ini juga berhasih dikalahkan oleh bala tentara Abrahah dan Nufail ditangkap sebagai tawanan. Dia pun tidak dibunuh oleh Abrahah karena bersedia menjadi penunjuk jalan menuju Makkah.

Selanjutnya, ketika mereka melintasi kawasan Thaif, Mas’ud bin Mu’attib ats-Tsaqafy bersama beberapa orang dan Tsaqif datang menjumpal raja Abrahah
untuk menyerah, mereka berkata kepadanya, “Wahai baginda raja, kami adalah hamba-hambamu yang siap mendengarkan dan mentaatimu, kami tidak mau berselisih/bentengkar denganmu, dan rumah (berhala Lata) yang kami agungkan bukan rumah (Ka’bah) yang kamu tuju. Kami akan mengutus seseorang yang menunjukkanmu terhadap rumah (Ka’bah) yang hendak kau hancurkan.”

Kala itu mereka mengutus seorang yang bernama Abu Righal, akan tetapi di tengah perjalanan menuju Makkah dia mati di kawasan Mughammis sebuah tempat di kawasan Thaif. Setelah itu kuburannya dilempari batu oleh orang-orang Arab yang melewatinya karena dia dianggap pengkhianat.

Dari tanah Mughammis, Abrahah mengutus seorang dari Habasyah yang bernama aI-Aswad bin Maqshud untuk berangkat duluan memimpin pasukan berkuda memasuki kawasan Makkah. Dalam perjalanan, dia dan bala tentaranya merampas harta-harta penduduk Tihamah baik dan suku Quraisy atau yang lainnya, termasuk 200 ekor unta milik Abdul Mutthalib (kakek Rasulullah SAW), pemimpin dan pembesar Quraisy saat itu. Setelah itu Abrahah mengutus Hunathah al-Himyary untuk menjumpai pemimpin Makkah (Abdul Mutthalib) menyampaikan pesannya yang berisi, “Kami datang tidak untuk memerangi kalian, akan tetapi untuk merobohkan Ka’bah. Jika kalian tidak menghalang-halangi, maka kami tidak akan membunuh kalian.” Mendengar pesan ini, Abdul Mutthalib menjawab, “Demi Allah, kami pun tidak ingin memeranginya, kami tidak punya kekuatan untuk melawannya. Rumah ini adalah Baitullah al-Haram dan rumah kekasih-Nya (Ibrahim AS). Jika Allah melindunginya dari Abrahah, itu semua karena rumah ini rumah-Nya dan tanah haram-Nya. Jika tidak, semua itu kami pasrahkan kepada Allah. Kami tidak mempunyai kekuatan untuk melawan Abrahah.” Selanjutnya Abdul Mutthalib menjumpai Abrahah untuk meminta kembali 200 unta miliknya yang telah dirampas oleh Aswad bin Maqshud dan bala tentaranya. Abrahah merasa heran kenapa yang dibicarakan hanya masalah unta, kenapa tidak membicarakan masalah Ka’bah yang merupakan lambang kemuliaan dan agama Abdul Mutthalib dengan nenek moyangnya. Abdul Mutthalib menjawab: ‘Saya ini hanya tuannya unta, sedangkan bagi Bitullah tuhan yang melindunginya dari kamu.” Abrahah berkata, “Tidak mungkin Dia (Tuhan) bisa mencegah saya.” Abdul Mutthalib menjawab, “Silahkan teruskan tujuanmu!”  

Ketika Abrahah dan bala tentaranya telah siap masuk Makkah, Nufail bin Habib al-Khats’amiy datang menghampiri gajah yang bernama Mahmud, dia memegang
telinganya dan berkata, “Wahai Mahmud, bersimpuhlah/robohlah kamu! Karena kamu berada di baladullah al-haram (negara Allah yang agung).” Maka gajah yang sudah dihadapkan ke arah Ka’bäh tersebut menderum/mogok tidak mau beranjak dan tempatnya. Berbagai macam usaha mereka lakukan untuk membangunkannya, akan tetapi gajah tersebut tetap tidak mau bergerak. Namun ketika dihadapkan ke arah Yaman atau Syam atau ke arah timur, gajah tersebut mau berjalan bahkan setengah berlari. Nufail bin Habib merasa akan tenjadi sesuatu dari Allah, lalu dia naik ke gunung menjauhi mereka. Tidak lama kemudian datanglah sekumpulan burung (abaabil) Masing-masing burung membawa 3 buah batu kenikil (satu kerikil dibawa dengan paruhnya, sedangkan yang dua dibawa dengan dua kakinya). Lalu bunung-bunung itu melempari mereka dengan kerikil-kerikil tersebut. Setiap yang terkena lemparan, pastilah dia mati, sedangkan yang tidak terkena lemparan dia juga mati karena lari tunggang langgang ketakutan dan berjatuhan di mana-mana. Termasuk Abrahah, dia tidak terkena lemparan akan tetapi Allah mendatangkan penyakit yang membuat anggota badannya satu demi satu berjatuhan kemudian mati. Berkenaan dengan kejadian ini, Allah menurunkan surat al-Fill untuk mengingatkan khususnya ahli Makkah dan umumnya kepada umat manusia supaya selalu bisa bersyukur dan beriman kepada Allah.

- Kisah Abrahah dan Bala Tentara Gajah -
Incoming search terms:

  •     abu masud al tsaqafy abrahah
  •     nufail bin habib mdendatangi gajah mahmud memegang telinganya sambil berkata
  •     nufail bin habib mendatangi gajah mahmud memegang telinganya sambil berkata
  •     raja abrahah bersama pasukan gajah untuk tujuan
  •     suku yang menghalangi abrahah termasuk golongan
  •     www tentaragajah com

2 komentar: